Minggu, 02 Oktober 2016

Orientasi Pemasaran

Konsep dari orientasi pasar terdiri dari: orientasi pelanggan, orientasi pesaing, dan koordinasi antarfungsi. Konsep-konsep ini menggambarkan suatu evolusi strategi pemasaran dengan memfokuskan perhatiannya bukan hanya pada satu sisi orientasi saja tetapi selalu menyeimbangkan antara orientasi pelanggan dan  orientasi  pesaing. Dua konsep ini diperlukan untuk menciptakan kepuasan pelanggan dan memperoleh kinerja perusahaan yang lebih baik (Kotler dkk, 2009).
Penjualan dan daya saing adalah hal yang harus diperhatikan dalam membangun sebuah perusahaan. Dalam menghadapi masalah tersebut wirausahawan harus berorientasi konsumen artinya terlalu sering seorang wirausahawan menyakini gagasan atau produk jasa baru tanpa memikirkan tentang identifikasi konsumen dan kebutuhan konsumen serta keinginan untuk membeli. Dengan melihat kepasaran bisa menghasilkan sesuatu yang lebih menguntungkan. Disini orientasi wirausahawan adalah konsumen. Desain produk berasal dari apa yang diinginkan oleh pembeli potensial yang mau membayar. Sekali para wirausahawan yakin akan spesifikasi yang ingin dipenuhi, mereka akan menilai sumber daya yang ada untuk melihat apakah ketrampilan teknis, peralatan, dan kemampuan finansial tersedia untuk menghasilkan produk yang menguntungkan.
Langkah-langkah untuk dapat merumuskan tujuan pembauran produk. Berikut ini 5 langkah untuk merumuskan tujuan bauran produk – pasar :
1. Pemeriksaan kecenderungan penting dalam lingkungan bisnis dari daerah produk – pasar
2. Pemeriksaan kecenderungan pertumbuhan dan kecenderungan keuntungan
3. Pemisahan bidang produk – pasar yang akan menarik ke depan maupun daerah yang akan tertarik
4. Pertimbangan mengenai kebutuhan atau diperlukannya tambahan produk atau daerah pasaran baru pada bauran
5. Derivasi profil bauran produk – pasar optimum namun realistis didasarkan pada kesimpulan yang dicapai pada langkah 1 sampai 4

Penyebab Kegagalan Dalam Memilih Peluang Bisnis Baru
Semua bisnis baru dimulai dengan kondisi yang sangat tidak ideal. Mulai dari tim yang belum solid, pengalaman yang belum ada, begitu juga dengan pelanggan. Semakin lama pemasukan bisa dihasilkan oleh sebuah bisnis baru, maka semakin hebat dan berkepanjangan frustasi yang akan dialami oleh pemiliknya.  Kondisi inilah yang akhirnya akan membuat mereka dengan segera menyerah untuk menghentikan semua usaha mereka. Dan kembali lagi bekerja kepada orang lain.
Ada 3 hal utama yang membuat sebuah bisnis baru bisa berhasil tumbuh atau tidak, berikut ini merupakan 3 hal utama tersebut:
1. Minimnya angka penjualan mereka
2. Beban pengeluaran yang terlalu berat
3. Mental yang kurang kuat dari pemiliknya dalam menghadapi semua tekanan tersebut.

Kombinasi dari ketiga hal inilah yang mengakibatkan frustasi berkepanjangan yang akhirnya membuat seorang pebisnis memutuskan untuk menghentikan usahanya. Berdasarkan hal tersebut dapat membagi faktor-faktor penyebab kegagalan sebuah bisnis baru seperti di bawah ini.
1. Lemahnya Mental
Frustasi adalah penyumbang terbesar bagi kegagalan sebuah bisnis yang baru berdiri. Kerasnya tekanan dan datangnya masalah yang bertubi-tubi, sering membuat pemilik usaha kehilangan fokusnya. Ketidak-mampuan mereka dalam mengendalikan frustasi yang mereka alami, pada akhirnya memaksa mereka untuk menyerah lebih cepat dari perkiraan semua orang. Dan kemampuan untuk mengendalikan serta memotivasi diri mereka sendiri. Akan sangat membantu mereka untuk menghadapi masalah terbesar dan paling bertanggung jawab terhadap kegagalan sebuah bisnis baru ini.
2. Lemahnya Kemampuat Pemasaran
Hampir semua orang sanggup untuk memulai dan membangun sebuah bisnis baru. Mulai dari kelas pedagang keliling sampai pengusaha bangunan. Tetapi kenyataannya, tidak semua orang ahli dalam menjual produk yang ditawarkan oleh usaha mereka.
Kurang­nya kemampuan sebuah bisnis baru dalam menjual, pasti akan meng­akibatkan rendahnya angka penjualan mereka. Dan hal tersebut pasti akan menjadi masalah serius, jika akhirnya pengeluaran dari usaha mereka, ternyata selalu lebih besar dibandingkan dengan angka pemasukan yang bisa mereka hasilkan. Artinya, dana cadangan dari bisnis tersebut akan terus berkurang untuk menutupi kekurangan overhead mereka, sampai akhirnya tidak ada lagi dana yang tersisa.
Sebuah bisnis biasanya akan mulai berhutang  kesana-kemari hanya untuk sekedar menutup pengeluaran rutin  tersebut. Dan kalau kondisi seperti ini berlangsung terus menerus. Maka bisnis tersebut bisa dipastikan akan segera terjebak jatuh pailit dalam waktu yang tidak terlalu lama.
3. Lemahnya Kemampuan Berbisnis
Bisnis baru yang gagal juga disebabkan oleh pemiliknya yang tidak mempunyai ke­te­­rampilan yang memadai dalam men­jalankan sebuah bisnis. Banyak pebisnis baru melakukan kesalahan fatal pada awal mendirikan usaha hampir di semua aspek, mulai dari pemilihan bidang bisnis yang tidak prospektif, strategi produk yang salah, pola perekrutan karyawan yang tidak tepat, dan hal-hal lainnya.
Business skill adalah kemampuan un­tuk melihat dan mengambil peluang bisnis yang ada di depan mata, serta menjalan­kannya dengan cara yang optimal tanpa harus mengorbankan biaya, tenaga dan waktu yang terlalu besar. Tanpa ke­mampuan ini, Anda akan terjebak pada keput­usan-keputusan yang salah dalam banyak hal. Dan umumnya harga yang harus dibayar atas kesalahan-kesalahan tersebut biasanya sangat mahal sekali.Kebanyakan orang memulai sebuah usaha dari business skill yang mereka miliki terlebih dulu, yaitu keterampilan yang meliputi banyak bidang ilmu, mulai dari dasar pengaturan keuangan, riset, membaca peluang, manajemen, keterampilan dalam produksi, dan lain-lain. Walaupun banyak bidang ilmu yang terlibat di dalamnya, tetapi saya meletakkan kemampuan ini pada urutan ketiga sebagai faktor penentu kegagalan start-up business.


Sumber :  
Kotler, Philip, dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran Jilid 1, edisi Ketiga Belas. Jakarta: Erlangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar