Rabu, 03 Desember 2014

Sejarah Perkembangan Thailand

Thailand (Dulu) dalam Masa Kerajaan
Pada abad pertama Masehi, bangsa Tai telah tersebar di Yunan, Vietnam, Laos, Thailand, dan Myanmar terpecah ke dalam berbagai sekte sub linguistik. Relatif sedikit bangsa thai di wilayah selama periode tersebut, Tai menempati daerah sampai Asia Tenggara bagian utara, diapit antara kerajaan Nan Zhao, Pyu, dan Angkor.
Sekitar abad ke 6 hingga abad ke 9, dataran rendah yang subur dihuni oleh peradaban Mon yang dikenal sebagai Dvaravati. Berbeda dengan kerajaan tetangganya Chenla dan Angkor, Dvaravati tetap menjadi peradaban kota misterius yang didirikan dikelilingi oleh parit dan dinding tanah, Lopburi sebagai pelayanan pusat keagamaan penting dan Nakhon Pathom yang dekat dengan ibukota Bangkok. Walau banyak yang tidak diketahui di dunia ini , rute perdagangan Dvaravati sudah terbukti internal dan eksternal yang penting bagi perkembangan Thailand dan meninggalkan kekayaan karya seni Buddha yang membuktikan pengaruh besar kebudayaan India dan agama telah di wilayah tersebut.
Di Thailand utara, Buddha dari Lopburi mendirikan sebuah Negara dengan kota yang dikenal sebagai Haripunjaya di Lamphun, Thailand utara sekitar abad ke-9 (daerah Mon yang tetap independen sampai abad ke-13) Di tempat lain di utara. Bangsa Tai yang mendorong dan mendirikan negara dengan kota mereka sendiri, terutama di Chiang Saen, di mana salah satu kerajaan terkuat pertama di Thailand, Lan Na, awalnya didirikan pada abad ke-12. Pembentukan Lan Na, Sukhothai, dan Phayao, tiga sekutu kerajaan didirikan oleh para pemimpin yang kontemporer, merupakan awal dari sejarah Thailand seperti yang kita kenal.

Thailand (Sekarang) Negara Berkembang Dilihat dari Jumlah Penduduk dan Pendidikanya
1.    Penduduk
Jumlah penduduk Thailand adalah sekita 64 juta jiwa. Pertumbuhan rata-ratanya 1,5%, dengan kematian bayi sebesar 26 jiwa dari 1.000 bayi yang lahir. Jumlah penduduk yang melek huruf sebesar 93.8%. Jumlah penduduk Thailand lebih sedikit daripada Vietnam (80 juta jiwa), Filipina (73 juta jiwa) dan Indonesia (210 juta jiwa), tetapi lebih banyak daripada negara terdekatnya, yaitu Myanmar (50 juta jiwa), Malaysia (22 juta jiwa), Kamboja (11 juta jiwa) dan Laos (5 juta jiwa).
Di Thailand modern, tidak ada konflik antar suku. Bila ada konflik, biasanya terjadi di sebagian besar wilayah selatan kerajaan. Tetapi konflik yang terjadi bukan karena perbedaan suku, melainkan karena perbedaan agama. Mayoritas penduduk di wilayah selatan menganut agama Islam, dan mereka memiliki ciri khas Melayu serta menggunakan bahasa Melayu di samping bahasa Thai. Walaupun hubungan antara wilayah selatan dan Bangkok kerap kali kurang harmonis, tetapi konflik tidak pernah berkembang hingga wilayah tersebut ingin memisahkan diri dari Thailand.
Hubungan antar suku di Thailand merupakan hubungan yang harmonis, sebab tidak pernah terjadi konflik antar suku. Walaupun tidak ada suku minoritas di Thailand (seperti suku kurdi di Irak, Iran dan Turki), tetapi ada banyak suku-suku bangsa kecil yang hidup bermasyarakat di samping masyarakat Thai sendiri. Kebanyakan masyarakat suku-suku bangsa ini tinggal di wilayah bagian utara Thailand.
Thailand, atau yang sering disebut Siam, memberikan suaka politik bagi bangsa-bangsa dari negara-negara tetangga yang pergi meninggalkan wilayahnya akibat konflik agama maupun suku yang dialaminya. Seperti orang-orang Kristen Vietnam, masyarakat Mon dari Myanmar, dan masyarakat yang menentang kebijakan politik dari Kamboja, mencari dan mendapat tempat-tempat penampungan di Thailand sejak beratus tahun yang lalu. Selain itu juga banyak orang Cina yang berimigrasi ke Thailand. Orang-orang Cina yang datang ke Thailand biasanya untuk tujuan berdagang. Taksin merupakan satu-satunya raja Thailand (1767-1782) yang mempunyai ayah orang Cina dan ibunya orang Thai.

2.        Pendidikan
Sistem pendidikan di Thailand terbagi menjadi 3, yaitu : pendidikan formal, pendidikan non-formal dan pendidikan informal.Untuk sistem pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar dan pendidikan tinggi. sedangkan sistem pendidikan non-formal terdiri dari : program sertifikat kejuruan, program short course sekolah kejuruan dan interest group program.
Wajib belajar di Thailand adalah wajib belajar 9 tahun, dengan rincian grade sebagai berikut :
• Pendidikan play group dan TK usia 3-6 tahun
• Pendidikan Sekolah dasar (selama 6 tahun), grade 1-6
• Pendidikan Sekolah Menengah (selama 3 tahun), grade 7-9
• Pendidikan Sekolah Menengah atas (selama 3 tahun), grade 10-12
Untuk grade 7-12 dalam satu kompon sekolahan, mereka tak harus mendaftar lagi , sudah otomatis melanjutkan di sekolah itu.
Ujian Nasional (UN) di Thailand dikoordinasikan oleh Bureu of Education Testing Office dari Komisi Pendidikan Dasar yang memakai Sistem Ordinary National Education Test (O-net). UN di wajibkan untuk grade 3, 6, 9 dan 12. Ada 8 mata pelajaran yang di-UN kan yaitu :
1. Bahasa Thai
2. Matematika
3. Science
4. Ilmu sosial
5. Agama dan Kebudayaan
6. Bahasa asing
7. Health dan Physical Education
8. Art, Career dan Technology
Sedangkan siswa dari grade 1,2,4,5,7,8,10 dan 11, mengikuti ujian kelas dari sekolah masing-masing yang mengacu dari Office of Academic affair , Kementrian Pendidikan Thailand.
            Thailand yang dulu dengan Thailand sekarang mengalami perubahan yang signifikan, dimulai dari zaman kerajaan hingga saat ini Thailand mampu bangkit menjadi Negara yang patut diperhitungkan oleh Negara-negara tetangganya. Kesimpulanya dari dua faktor yaitu jumlah penduduk dan tingkat pendidikan di Thailand membuat Thailand menjadi negara yang berkembang. Negara yang mampu bersaing dengan negara-negara di Asia Tenggara.


Sumber:
Fattah, Sanusi, dkk. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan         Nasional.
Kiswantoro. 2013. Ilmu Pengetahuan Sosial. Solo : Putra Keraton.