Jumat, 03 Oktober 2014

Fenomena ALAY a.k.a 4L4Y


      Indonesia, negeri dengan berjuta-juta keindahan, keindahan pemandanganya seja keindahan individunya. Perempuan contohnya. Kata orang barat "Wanita indonesia memiliki warna kulit yang pas, eksotis dan juga cantik". Saya menyetujui hal itu.

         Industri hiburan Indonesiapun sedang sangat menjadi-jadi. dari mulai acara berita, acara masak-masak, reality show, talk show, hingga anak-anak alay  (dibaca ALAY) yang ingin show up di pertelevisian indonesia.

          Alay adalah magic, keahlianya dalam ber make-up mampu membuat seorang perempuan yang jelek banget menjadi jelek saja dan dari yang biasa saja jadi luar biasa. Para alayers yang biasa melakukan gerakan kucek-kucek jemur-jemur sambil berkata "Ye Ye Ye, La La La" sangat sering sekali muncul di televisi Indonesia. Apakah para alayers ini bekerja selain menjadi penonton bayaran ? atau apakah seorang alayers adalah seorang yang berpendidikan ?.

           Fenomena Alay sangat menjadi permasalahan sosial di negeri tercinta ini. Kegiatanya mampu menghipnotis para penonton TV. Gaya jerit-jerit ngga jelasnya, gaya joged-jogednya sangat berpengaruh pada penonton. Tentunya penyebab anak alay ini terjadi karena beberapa aspek. Diantaranya :
1. Buruknya Lingkungan Pergaulan
Lingkungan pergaulan merupakan faktor utama terbentuknya perilaku alay, sifat dan karakter seseorang lebih banyak dibentuk oleh lingkungan pergaulan daripada lingkungan keluarga.sebaiknya keluarga harus lebih bisa mengawasi pergaulan anak,namun bukan berarti keluarga harus membatasi pergaulan si anak.
2. Sosialisasi Yang Kurang Sempurna
Kebanyakan orang alay menganggap apa yang ia lakukan dan kenakan merupakan tuntutan jaman, mereka beranggapan bahwa yang mereka lakukan adalah gaul, sedangkan yang lain merupakan ketinggalan jaman, siapa yang salah? seharusnya sosialisai tentang arti ‘gaul’ dan ‘tidak gaul’ ditekankan ketika seseorang masih kecil. Orang alay terlalu beranggapan gaul dalam arti yang sempit dikarenakan sosialisai yang salah atau kurang sempurna ketika mereka belum menjadi alay.
3. Lemahnya Pendidikan Teknologi
Globalisasi yang sangat pesat di negeri ini tidak dibarengi dengan pendidikan teknologi yang pesat pula,banyak orang menyalah gunakan teknologi ,sebagai contoh adalah SMS , SMS merupakan cikal bakal dari virus alay dan sekarang muncul media sosial seperti facebook yang seakan seperti nafas baru buat para alay untuk mengekspresikan dirinya.
4. Terbatasnya Interaksi Sosial
Seorang alay akan bersikap etnosentrisme atau menganggap kelompok lain tidak lebih baik dari dirinya, kenapa demikian? jawabannya adalah karena dulu mereka hanya bergaul dengan kelompok yang sama yang tidak berkembang dan tidak mau membuka diri untuk berinteraksi dengan kelompok lainnya, itulah mengapa mereka bisa menjadi seorang alay.
5. Masa Peralihan
Seseorang yang belum menemukan jati dirinya akan berkelakuan berlebihan atau hiperbola yang jika tidak dikontrol dapat menjadikannya seorang alay,
6. Kepincangan Globalisasi
Coba tanya ke Anak Batu Gede (ABG) kota apa itu internet, pasti mereka kebanyakan menjawab dengan logika dan nalar tapi coba tanya apa itu internet ke ABG desa, pasti mereka jawab dengan jawaban singkat yaitu facebook, saya pikir bangsa ini belum sanggup menerima arus globalisasi yang terlalu deras. Seharusnya globalisasi yang sekarang harus lebih bisa disaring dan diratakan ke seluruh penjuru negeri.
7. Buruknya Kualitas Pendidikan
Kualitas pendidikan yang baik akan membuat seseorang maju dan tidak tertinggal , namun bagaimana jika kualitas pendidikan itu buruk?? sepertinya faktor inilah yang akan menimbulkan faktor-faktor seperti diatas.
8. Tidak Ada Kesibukan
Apakah seseorang yang setiap hari disibukan dengan kegiatan yang positif apakah akan menjadi seorang alay? tentu tidak, lalu bagaimana jika tidak ada kesibukan?. Anda pasti tau jawabannya.


Siapa yang salah ?.
Siapa ?.
Tidak ada yang harus disalahkan. "Siapa yang salah ?" bukanlah pertanyaan yang baik. pertanyaan yang benar adalah "Bgaimana cara membereskan fenomena alay ?". "Siapa yang berhak menertibkan para alayers" dan "Kapan kita bersama-sama membenahinya ?".

Solusi sederhana menghadapi masalah ini (menurut penulis) adalah:
1. Diperbaikinya hubungan dalam keluarga, baik itu suami ke istri dari anak ke ibu dan dari anak ke ayah.
2. Hadirkan dan ikuti lingkungan bagi anak untuk bersosialisasi ditempat dimana karakter positif yang dibangun. Akhlak yang lemah lembut yang ditonjolkan.
3. Teknologi yang membantu manusia untuk mempermudah pekerjaanya. Bukan untuk menyesatkanya.
4. Banyak-banyaklah mengikuti keorganisasian, baik itu di tingkat sekolah, kampus atau bahkan di tingkat daerah/nasional. Hal ini bertujuan untuk mengisi dan memanfaatkan waktu dengan baik.

Indonesia menuju negeri dengan tingkat pendidikan yang tinggi, dihormati dan dihargai oleh bangsa lain. Indonesia Jaya. Indonesia Pasti Bisa !

Sumber: Rafiqy Maruff.
               Forum Kompas