Di Bumi Nusantara yang dihuni oleh
masyarakat dengan multi etnis dan subkultur telah memutuskan Bhinneka
Tunggal Ika sebagai semboyan negara. Keanekragaman budaya ini dapat
merupakan suatu kekuatan, jika mampu menggali maknanya dan memanfaatkan
kelebihannya. Sebaliknya dapat merupakan kelemahan jika kita tidak mampu
menggabungkan kelebihan-kelebihan multi budaya tersebut.
Kita harus menciptakan Budaya Indonesia
modern dengan berlandaskan multi budaya lokal. Kita memetakan,
mengidentifikasi kearifan lokal yang positif meninggalkan budaya lokal
yang negatif seperti rasa saling iri, irasional buta, kurang inovatif,
konsumtif, berfikir jangka pendek, lesu, tidak disiplin, punya etos
kerja lembek, dan mental negatif lainnya. Selain itu, kita menseleksi
budaya luar yang progresif untuk menghindari kemandekan budaya yang
mengakibatkan masyarakat pasrah yang berujung pada stagnasi peradaban.
Sekarang saya akan membicarakan tentang kebudayaan permainan anak-anak jaman sekarang dan jaman dulu sebelum ada gempuran kebebasan teknologi. Dahulu anak-anak berkumpul untuk bermain bersama dilapangan. Bermain permainan tradisional seperti:
1) Permainan Panggal: Seperti gasing yang terbuat dari kayu yang dibubut dengan mesin konvensiaonal. Alat untuk memutarkan gasing tersebut yaitu tali plastik yang dipintal sedemikian rupa agar kuat untuk memutar panggal.
2) Permainan layang-layang: Mungkin sebagian orang yang masa kecilnya pernah memainkanya dan tahu bagaimana keseruanya saat bermain layang-layang. Suatu skill tersendiri yang harus dibutuhkan dalam memainkanya. Hal yang harus diperhatikan saat bermain layang-layang seperti posisi si pemain, arah angin dan kekuatan tali (gelasan) sangat menentukan untuk memenangkan ngadu (tanding) layang-layang.
3) Permainan Kelereng: menurut saya permainan ini membutuhkan keahlian khusus terutama tentang ketepatan dalam membidik sasaran. Kombinasi kekuatan jari yang akan dikeluarkan untuk mengenakan sasaran harus dengan kendali yang full.
1. Analisa tentang kebudayaan permainan anak-anak yang mulai ditinggalkan:
Ilmu pengetahuan berkembang pesat terutama tentang teknologi, permainan tradisional seperti bermain panggal, bermain layang-layang dan bermain kelereng sudah mulai ditinggalkan oleh anak-anak. Karena, sudah banyak permainan-permainan yang lebih praktis dari permainan tersebut.
Para anak sekarang lebih tertarik untuk bermain game online karena tidak repot seperti bermain panggal. Tidak perlu membutuhkan lahan yang luas dan tidak perlu terganggu oleh gedung-gedung yang menjulang tinggi seperti bermain layang-layang. Juga tidak perlu kotor-kotoran seperti bermain kelereng.
Perubahan kebudayaan permainan anak-anak pada masa kini sangat erat kaitanya dengan masuknya budaya teknologi asing yang membawa permainan-permainan berbasis online yang merubah pola kebudayaan permainan anak-anak Indonesia. Makin kebarat-baratan, terutama terlihat saat anak-anak berkumpul. Dahulu kumpul-kumpul terus bermain bola tetapi sekarang kumpul-kumpul lalu bermain di Time Zone (Mall).
2. Saran untuk kemajuan dalam melestarikan kebudayaan permainan anak-anak
a) Regenerasi dari kakak ke adik
Maksudnya adanya edukasi cara permainan ataupun alat-alat permainan dari seorang yang sudah senior/ahli kepada para anak.
b) Ditanamkan Rasa Memiliki
Kalau bukan anak-anak bangsa kita yang memainkanya lalu siapa lagi ? atau setelah diakui dulu oleh negara lain baru generasi anak-anak kita memulai untuk memainkanya.
c) Memfiltrasi kebudayaan permainan asing
Teknologi tidak hanya berdampak positiv tapi juga berdampak negativ, sebagai kaula muda, mari bersama-sama kita batasi teknologi apa yang harus dan tidak boleh diterima oleh generasi anak pada saat ini.
Masyarakat Indonesia mengakui bahwa Indonesia kaya sekali akan permainan tradisionalnya. Serangkaian kebudayaan permainan tersebut harus diturunkan pada generasi penerus kita. Mari bersama-sama kita jaga dan kita lestarikan kebudayaan ini.
Referensi:
http://herubudisatriyo.blogspot.com/2012/11/contoh-kasus-tentang-kebudayaan.html
gambar dari melancholyholic.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar